Sepeda Mewabah di Jakarta


Masyarakat Jakarta dan sekitarnya diserang virus sepeda

Artikel by on 3 Tahun yang lalu

Featured image

Featured image

Masyarakat Jakarta dan sekitarnya diserang virus sepeda. Sepeda lipat salah satu jenis yang paling diminati karena praktis dan bisa dibawa ke mana-mana.

Yadi (40) baru dua bulan lalu membeli sepeda lipat merek Pacific Noris 1.0. Harganya Rp 3,7 juta. Ia memilih sepeda lipat karena lebih ringkas dan praktis. ”Saya butuh sepeda yang simpel dan praktis. Biar kalau capai di tengah jalan bisa naik transportasi umum,” katanya ketika ditemui saat bersepeda di Bundaran Hotel Indonesia, Sabtu (20/6/2020) pagi.

Pola ini sering ia terapkan saat bersepeda dari rumahnya di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, menuju tempat kerja di Menteng, Jakarta Pusat. Jarak tempuh lebih kurang 15 kilometer. Selama pandemi Covid-19, ia mulai membiasakan diri untuk bersepeda ke kantor, satu minggu sekali.

”Saya naik sepeda ke kantor setiap hari Jumat. Mulai saya rutinkan. Selain buat olahraga, juga buat ngurangin polusi,” katanya.

Ia masih khawatir untuk bersepeda ke kantor setiap hari lantaran belum ada jalur sepeda yang memadai dari rumahnya. Beberapa jalur yang sudah tersedia juga belum optimal peruntukannya. ”Paling baru Ragunan-Menteng, ya, yang sudah lumayan jalurnya. Itu pun masih harus bersaing dengan sepeda motor,” katanya.

Pesepeda lain, Dasiman (35), membeli sepeda lipat seminggu lalu seharga Rp 3,8 juta. Dulu, ia pernah punya sepeda. Namun, sepeda itu ia jual lagi lantaran tak punya teman gowes. Kini, ia kembali membeli sepeda setelah diajak oleh teman-temannya. ”Dari dulu sebenernya pengin, tapi gak ada temannya. Nah, akhir-akhir ini banyak teman beli, jadi ikutan beli,” katanya.

Dasiman pun berencana untuk memakai sepeda ke tempat kerja. Akan tetapi, ia masih memantau ketersediaan jalur sepeda dari rumahnya di kawasan Sunter, Jakarta Utara, ke tempat kerja di Tanah Abang, Jakarta Pusat.

”Jalurnya belum ada semua. Tetapi, teman sudah ada yang bersepeda dari Sunter ke tempat kerja. Saya baru mau coba Jumat depan karena Sabtu-nya libur,” ujarnya.

Warga lainnya, Wanda (28), membeli sepeda lipat merek Polygon sejak sebulan lalu dengan harga Rp 3 juta. Ia berencana menggunakannya untuk berangkat kerja jika sistem kerja di kantornya sudah normal.

Saat ini, ia tinggal di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, dan bekerja di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. ”Kebetulan saat ini masih sering kerja dari rumah, jadi belum sempat bersepeda,” katanya.

Virus gowes turut menjangkiti Lala Puspa (32) dan Dira (30). Bermodal tontonan ulasan sepeda di Youtube, dua perempuan yang tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara, ini membeli sepeda lipat bulan lalu. Harganya Rp 1,7 juta sebuah.

Pada Sabtu siang, mereka menggenjot sepeda baru di lapangan parkir IRTI Monas. ”Niatnya mau sepedaan di dalam Monas, tapi ternyata masih tutup,” katanya.

Menurut Hariyadi (31), pesepeda yang tinggal di Bogor, Jawa Barat, bersepeda menjadi pilihan warga urban di tengah pandemi Covid-19. ”Dokter, kan, selalu menyarankan agar kita menjaga daya tahan tubuh dengan berolahraga. Sepeda menjadi pilihan karena ini tidak bikin bosan. Kan ada grupnya, bisa gowes ramai-ramai. Kalau joging gitu pasti cepat bosan,” ucapnya ketika ditemui di Gelora Senayan, Jakarta.

Hariyadi yang bisa memakai sepeda gunung membeli sepeda lipat minggu lalu. Sepeda ini untuk istrinya. Sepeda merek Dahon Ion itu ia beli seharga Rp 5 juta. ”Maunya beli Brompton, tapi budget nggak kuat. Ha-ha-ha,” katanya.

Belum semua taat

Pesepeda senior Wahyu Cahyono (51) merasa senang sekaligus sedih dengan banyaknya orang yang menggunakan sepeda ke kantor. Di satu sisi ia yang selama dua tahun terakhir rutin bersepeda ke kantor menjadi banyak teman. Di sisi lain ia menyayangkan banyaknya pesepeda yang tidak taat di jalan.

”Pesepeda ini kurang taat. Sudah disediakan jalur, tetapi kadang masih acak-acakan jalannya. Padahal, sepeda motor kenceng-kenceng,” katanya.

Selain itu, ia juga menyayangkan banyaknya pesepeda yang abai memakai helm dan kelengkapan lainnya. Dalam hal ini, ia juga menyarankan masyarakat yang berangkat dan pulang kantor menggunakan sepeda  dengan memasang alat penerangan di depan dan belakang sepeda.

”Mungkin ada yang sering pulang malam. Jadi, lampu penerangan ini wajib. Di depan dan belakang,” katanya.

Sebagai penggemar sepeda sejak 1990-an, ia juga turut membagikan tips sebelum membeli sepeda lipat. Menurut dia, hal paling krusial yang harus diperhatikan adalah kerangka sepeda sebab perangkat lainnya masih memungkinkan untuk dibeli baru.

”Pastikan catnya orisinal. Takutnya, kalau sudah dicat ulang, kerangkanya sudah pernah jatuh, lecet atau karatan,” katanya.

Selain itu, pastikan bagian-bagian lipatan pada sepeda lipat masih dalam kondisi kencang. Sebab, bagian tersebut adalah bagian yang paling sulit untuk diperbaiki. ”Jangan sampai oblak. Kalau bahannya besi, mungkin masih bisa. Tetapi, kalau bahannya aluminium susah dibetulkan,” katanya.

 

Tagged as


Leave a Reply



Now On Air

iNRADIO 99.0 FM

Informasi Inspirasimu

Current track

Title

Artist

5 Jam Nonstop Populer Indonesia
by: Facharudin
Kamis, 25 Apr 2024,