Cara Mengatasi Stres Pada Anak - anak Sesuai Usia


Stres Pada Anak - anak

Artikel by on 3 Tahun yang lalu

Featured image

Featured image

Masa pandemic tak pelak membuat banyak orang stres, tak terkecuali anak dan remaja Tak ada aktivitas pergi ke sekolah, tak ada agenda berlibur, atau bermain bersama teman-teman rentan membuat anak stres.

"Anak-anak di segala usia sedang mengalami masa sulit. Tiap orang dewasa, jika Anda perhatikan, merasa cemas yang kini meningkat. Dan anak-anak merasakannya,"

Respons stres pada anak bakal berbeda tiap tahapan usia. Lihat kondisi anak dan terapkan solusi sesuai usia agar anak lebih tenang.

1. Anak 4-7 tahun

Regresi atau perilaku mundur menjadi salah satu tanda stres pada anak-anak usia 4-7 tahun. Regresi menjadi respons anak terhadap situasi.

Lebih jelas, regresi merupakan perilaku yang tak sesuai dengan usia. Misal, anak berusia 4 tahun bisa kembali mengompol seperti yang kerap mereka lakukan pada usia 2 tahun.

Selain itu, Molitor melanjutkan, anak juga akan terlihat lebih cemas dari biasanya. "Mereka [anak] mungkin lebih takut dan cemas dari biasanya. Mereka juga akan merasa cemas saat jauh dari Anda," jelasnya.

Gejala-gejala tersebut menjadi normal terjadi pada anak di tengah masa pandemi. Hal terbaik yang bisa dilakukan orang tua adalah tetap patuh pada jadwal atau rutinitas.

2. Anak 7-10 tahun

Masuk usia 7 tahun ke atas, anak lebih bisa sadar akan situasi sekarang. "Mereka mungkin sangat ketakutan, tak hanya soal kesehatan mereka tetapi untuk kesehatan seluruh anggota keluarga,"

kekhawatiran atau kecemasan ini bisa diluapkan lewat amarah yang membuat anak-anak cepat marah. Mereka perlu informasi yang bisa diterima sesuai usia, mulai dari penularan dan bagaimana cara melindungi diri mereka.

"Anda bisa membuka obrolan tentang pandemi bersama anak dengan bertanya pada anak tentang apa yang mereka dengar soal virus corona. Anda mungkin terkejut saat mendengar rumor dan informasi salah yang tersebar di kalangan anak-anak,"

Selain itu, orang tua juga penting untuk mengingatkan pentingnya menjaga jarak fisik, mencuci tangan, dan memakai masker. Terangkan bahwa segala aturan itu tak hanya dilakukan untuk melindungi diri sendiri, tapi juga untuk orang lain.

3. Anak 10-13 tahun

Anak usia 10-13 tahun menjadi kelompok yang mendapatkan beban besar dari konsep sekolah daring. Anak harus mengerjakan pekerjaan rumah yang banyak dengan sedikit bimbingan dari guru. Anak-anak yang umumnya termotivasi untuk berprestasi di sekolah akan kesulitan untuk mengarahkan diri dan membagi waktu.

"Ini dapat mengakibatkan penurunan nilai dan bertengkar dengan orang tua ketika saatnya masuk ke kelas atau menyelesaikan pekerjaan rumah,"

Membantu anak usia 10-13 tahun, lanjut Lear, sama dengan menjaga ekspektasi tetap realistis. Orang tua perlu mengapresiasi apa yang telah dilakukan anak untuk berusaha belajar dengan baik.

4. Anak 13-17 tahun

Masa sekolah menengah tampaknya tak lagi mengesankan saat pandemi. Molitor mengatakan, pada usia ini, anak akan mengalami banyak kehilangan. Mereka juga terputus dengan teman sebaya yang berpotensi memengaruhi perkembangan masa remaja.

"Apa yang saya dengar dari banyak orang tua adalah anak-anak merespons dengan kecenderungan mudah marah, tidur sepanjang hari, dan begadang sampai larut," kata Molitor.

Remaja juga disebut rentan mengalami depresi dan perasaan putus asa. Untuk mengatasinya, Lear menyarankan agar orang tua mencermati betul perubahan besar pada tingkah laku anak yang bisa menjadi tanda awal depresi, seperti menarik diri dari keluarga, mengisolasi diri di kamar, dan perubahan kebiasaan makan juga tidur.

Dia menyarankan agar orang tua membantu anak untuk tetap terhubung dengan teman-temannya secara daring. Orang tua harus bisa menyadari anak bahwa mereka masih memiliki masa depan dan masa sulit ini tak akan berlangsung selamanya.

 

Tagged as


Leave a Reply



Now On Air

iNRADIO 99.0 FM

Informasi Inspirasimu

Current track

Title

Artist

5 Jam Nonstop Populer Indonesia
by: Facharudin
Sabtu, 27 Apr 2024,