Proses Literasi akan terus berjalan di alam sadar manusia
Tidak mengenal waktu, tempat, situasi dan kondisi
Di kantor, di sawah, di kebun bahkan di toilet sekalipun
Literasi adalah ilmu yang menggali ilmu
Ilmu untuk kebaikan ummat bukan untuk kebanggaan
( So V Yan )
Itulah kalimat sakti yg saya kutip dari saudara kami Sovyan, salah seorang aktivis Gerakan Literasi Kutai (GLK). Sosok bersahaja yg setahu saya tidak memiliki latar akademik yg tinggi, dan bahkan tidak terlihat seperti seorang intelektual.
Saya kenal dia baru setahun belakangan ini, sebagai seorang penggiat dan penggerak sosial budaya di desa Jembayan. Sebuah kampung kecil yg relatif sepi dari gerakan semacam itu.
Bagi saya sosok ini seperti “diturunkan dari langit”, untuk mengingatkan kita semua bahwa berbuat kebaikan bagi sesama, tidaklah harus dengan menunggu kelengkapan atribut, seperti gelar akademik yg berderet, materi yg berlimpah, kekuasaan yg menggurita, atau popularitas yg menjulang.
Ketika seorang sovyan menuliskan kalimat inspiratif diatas, saya yakin dia jujur dan apa adanya. Kalimat yg spontan dituliskan mengikuti kata hati dan alur pikir yg menguasai jiwa dan raganya.
Pemahamannya tentang Literasi sebagai sebuah konsepsi mungkin saja baru muncul ketika dia intens bergaul dengan kami di GLK, tapi proses hidup berliterasi memang sudah dia jalani bertahun-tahun sebelumnya. Setidaknya begitulah menurut pengakuannya.
Sampai saat ini saya masih merasakan hal ini sebagai sebuah anomali. Bagaimana mungkin kalimat yg menggambarkan esensi Gerakan Literasi Kutai ini justru muncul dari kampung Jembayan, yg jauh dari keriuhan lalu lintas aktivitas intelektualitas ???
Tapi dari sinilah kemudian saya menemukan sebuah kearifan, bahwa Literasi memang seharusnya tidak dipandang secara elitis. Literasi itu tidak sepantasnya hanya tersimpan di “menara gading pengetahuan” yg sunyi dari interaksi dengan realita kehidupan. Literasi itu harusnya milik kita semua, sebagaimana yg dicanangkan oleh UNESCO melalui gerakan “Literacy For All”. Literasi itu adalah kepentingan kita semua. Literasi itu adalah keseharian kita sekalian.
Mohon dimaafkan, saya tidak sedang memuji atau mengkritik siapapun. Saya hanya ingin memberikan contoh dan fakta, bahwa kita semua sebenarnya bisa ber Literasi. Proses ber Literasi akan menyesuaikan dengan kapasitas masing-masing. Seharusnya tidak ada alasan apapun bagi kita untuk menjauh dari Literasi.
Gerakan Literasi Kutai (GLK) memang untuk kita semua.
Happy Weekend !
Salam Semangat dari GLK ( Erwan Riyadi )
Leave a Reply